Sel. Jan 21st, 2025

Dalam setiap lika-liku, mudah-berat dan pahit-manisnya kehidupan kadang kita perlu meluangkan waktu sejenak untuk merenung atas perjalanan umur yang sudah kita lalui. Bersembunyi dalam waktu untuk mengajak diri sejati memikirkan apa yang telah kita perbuat.

Bertanya.??
Berapa lamakah kita telah menjalani hidup hingga saat ini?
Bertanya.??
Bagaimanakah resolusi yang telah kita berikan di masyarakat?
Berdampak baik atau burukkah?

Beberapa pertanyan tersebut mengindikasikan terkait tujuan kita dalam hidup.
Entah kita sudah menemukan hal tersebut atau belum.
Tapi baiknya pertanyaan “Mengapa Tuhan menyawakan saya dan memilih untuk hidup”, wajib menemukan jawaban yang sesuai.
Diskusi dua arah bersama Sang Illahi sejak tubuh masih mendarah daging dalam rahim ibu harus terus kita kejar maksudnya.

Hal ini menjadi penting karena itulah yang akan menuntun kita harus seperti apa dan bagaimana menjalani sisa umur ini.
Disisi lain nafas kita terus berjalan seiring jalannya waktu.
Dan akan menuntun kita ke pintu kematian.
Entah minggu depan, lusa, esok, hari ini atau bahkan setelah kita membaca sajak-sajak nan tertulis.
Waktu perjalan itu tak kita tau kapan dan di mana pintu berhentinya.

Lantas siapkah kita dalam setiap kondisinya?

Oleh karena “Sang Penguasa Kematian” yang tak bisa ditebak kapan datangnya, maka dari itu wajib adanya dalam setiap aktivitas kehidupan kita menghadirkan kebaikan-kebaikan yang memberi manfaat bagi orang banyak.

Meski tak semua orang yang mengenali, namun kebaikan dan kebajikan yang dilakukan menjadi penuntun kita pada kebahagiaan.
Serta membuatnya sebagai karya persembahan terbaik yang diberikan di kehidupan fana ini.

“Hidup hanya sekali, lantas sudahkah kita memberikan yang terbaik”?

 

-T.R-

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X