“SETIAP KEBAIKAN YANG DILAKUKAN MANUSIA INDIVIDU ADALAH UNTUK DIRINYA DAN SETIAP KEBURUKAN YANG DILAKUKAN MANUSIA INDIVIDU ADALAH UNTUK DIRINYA”
Dalam perjalanan bahtera kehidupan, kadang saya berpikir dan sedikit kurang percaya bahwa Tuhan begitu kejam pada hambaNya. Rasa ini muncul melihat banyak realita dan omongan bahwa “Apa yang dialami manusia, kemudian dikaitkan langsung dengan Tuhan, seakan secara cepat dalam kondisi yang tidak sengaja kita menyalahkan Tuhan itu sendiri”.
Misal:
Sudah menikah sekian lama, tapi belum memiliki keturunan. Kadang kita berpikir bahkan berkata bahwa hal ini terjadi karena “Tuhan belum memberikan Rezeky” terkait itu.
Atau katakanlah kondisi yang terjadi pada salah satu negeri raksasa dengan jumlah penduduk terbanyak yakni Negeri Republik Rakyat China. Di mana kita melihat bahwa negeri itu saat ini dilanda krisis kesehatan yang satupun jalan dilakukan belum mampu untuk ditemukan kesembuhannya. Bahkan kini telah menyebar di negara-negara tetangga yang mengakibatkan domino effect pada sistem sosial, politik bahkan lumpuhnya sektor ekonomi China yang juga mematikan ekonomi lainnya tak terkecuali Indonesia.
Lantas tak jarang kita menjawab spontan?
“Inilah Azab dari Allah SWT”.
Pernyataan ini meskipun positif pada maksudnya disatu sisi kita telah melewati satu proses yang sangat urgen bahwa setiap azab dan perbuatan terjadi karena ulah “Manusia” itu sendiri. Hal ini juga mengindikasikan seakan kita menjustifikasi bahwa peristiwa itu terjadi karena “Kehendak Tuhan atau bahkan esktrimnya adalah “Kesalahan Tuhan”.
Kejadian serupa juga bisa terjadi pada kebutuhan private kita berkaitan dengan rezeky, pekerjaan, jodoh, perkuliahan, karir, kesehatan, atau hal lainnya yang kita ingin capai dalam kehidupan. Ini pun berlaku tidak hanya hubungan manusia dengan Tuhan tapi manusia dengan manusia lainnya.
Kaitannya dengan dua contoh di atas, jarang kita merenungi bahwa semua hal ini terjadi sebagai causalitas dari perbuatan manusia sendiri. Contoh faktor makanan, minuman atau perbuatan/sikap tidak baik kita kepada manusia lainnya/mantan teman atau pacar dulu terlebih lagi pada orang tua. Entah itu putus/pisah sama dia yang masih meninggalkan sakit hati, suka membentak orang tua, makan-makanan yang tidak disukai tubuh, tidak menghargai teman, suka menggangu, atau perbuatan zalim lainnya yang kita lakukan pada masanya sehingga membuat diri dan orang lain rugi bak menderita.
Tentunya kita pribadi yang tau menau semuanya. Dan sebelum kita menjustifikasi kesalahan itu pada Tuhan juga pada manusia lainnnya, maka alangakah lebih baiknya kembali kita memuhasabahi diri mengingat kesalahan-kesalahan yang kita lakukan pada diri tau manusia lainnya. Dan juga jangan merasa malu dan rendah diri untuk meminta permohonan maaf pada diri terutama diri sejati juga orang lain atas semua yang sudah terjadi tersebut.
_”Musibah apa pun yg menimpa kalian sesungguhnya merupakan akibat perbuatan kalian” (Q.s Al Syura: 30)_